China menuding balik Amerika Serikat (AS) sebagai kerajaan peretasan. Tudingan ini merupakan respons Beijing atas tuduhan sejumlah negara yang tergabung dalam aliansi Five Eyes dan tim analitik Microsoft yang berbasis di AS.
Sebelumnya FIve Eyes mengatakan, grup peretas China baru-baru ini meluncurkan serangan terhadap infrastruktur utama AS termasuk yang berada di Guam.
Juru bicara (Jubir) Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China Mao Ning dalam tanggapannya pada Kamis (25/5) menyinggung status Five Eyes, sebagai asosiasi intelijen terbesar di dunia, dan Badan Keamanan Nasional AS (NSA) sebagai grup peretasan terbesar di dunia.
"Sungguh ironis bahwa Five Eyes bersama-sama merilis laporan yang penuh dengan disinformasi, Ini adalah tambalan dengan rantai bukti yang terputus," kata Mao, seperti dikutip dari Xinhua.
China juga mencatat bahwa NSA dan badan keamanan dunia maya dari Inggris, Australia, Kanada, dan Selandia Baru, hampir secara bersamaan mengeluarkan laporan serupa, yang nampak seperti kampanye disinformasi kolektif yang diluncurkan oleh AS melalui Five Eyes untuk melayani agenda geopolitiknya.
Keterlibatan Microsoft dalam laporan juga disoroti Mao, mengatakan, hal itu menunjukkan bahwa AS menggunakan saluran tambahan untuk menyebarkan disinformasi selain melalui lembaga pemerintah.
Menurut Mao, hal ini bukan pertama kalinya, dan tentu saja bukan terakhir kali AS melakukannya.
"Apa pun akal-akalan mereka, itu tidak akan mengubah fakta bahwa Amerika Serikat adalah juara peretasan," kata dia.
Dia menyebutkan bahwa September lalu, rincian terungkap tentang serangan NSA di Universitas Politeknik Barat Laut China dalam sebuah laporan yang dikeluarkan oleh institusi China.
"Amerika Serikat harus segera menjelaskan tentang serangan sibernya dan tidak boleh menyebarkan disinformasi dan mengalihkan perhatian dari apa yang telah dilakukannya," pungkas Mao.
# TAGAR : #China #AS #Amerika Serikat #Kerajaan Peretasan #Beijing #Microsoft #Five Eyes #Mao Ning