• HOME
  • DUNIA
  • Krisis Ekonomi Sri Langka, China Tawarkan Kredit 1,5 Miliar

Krisis Ekonomi Sri Langka, China Tawarkan Kredit 1,5 Miliar


Laporan : Sultan Nabil Herdiatmoko
Selasa, 22 Maret 2022 - 12:09

Duta Besar China untuk Sri Lanka, Qi Zhenhong

Pemerintah China sedang mempertimbangkan untuk menawarkan fasilitas kredit senilai 1,5 miliar dolar AS untuk Sri Langka yang telah dibelit krisis ekonomi terburuk sejak merdeka.

Tawaran itu bagian dari upaya China untuk membantu mereka yang merupakan bagian dari agenda Belt dan Road Initiative (BRI).

Kabar itu disampaikan Duta Besar China untuk Sri Lanka, Qi Zhenhong usai bertemu dengan pihak pemerintah Sri Langka, Senin (21/3). Ia mengatakan, keputusan diharapkan segera diambil.

Zhenhong mengatakan, kedua belah pihak juga membahas pinjaman terpisah senilai 1 miliar dolar AS yang diminta oleh pemerintah Sri Lanka di luar tawaran  pinjaman sebesar 500 juta dolar AS dari China Development Bank pada 18 Maret.

Saat bertemu Menteri Luar Negeri China, Wang Yi Januari lalu, Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa sempat meminta China untuk membantu merestrukturisasi pembayaran utang.

"Kami percaya tujuan akhir kami adalah untuk memecahkan masalah, tetapi mungkin ada cara yang berbeda untuk melakukannya," ujar Zhenhong dalam menanggapi pertanyaan tentang restrukturisasi pinjaman China itu.

China adalah pemberi pinjaman terbesar keempat Sri Lanka, di belakang pasar keuangan internasional, Asian Development Bank (ADB) dan Jepang.

Selama dekade terakhir, China telah menggelontorkan kredit lebih dari 5 miliar dolar AS untuk pembangunan jalan raya, pelabuhan, bandara, dan pembangkit listrik tenaga batu bara.

Tetapi para kritikus mengatakan dana itu malah digunakan untuk proyek gajah putih dengan pengembalian rendah, tuduhan itu kemudian dibantah oleh China.

Selain berharap pada China,  Rajapaksa mengatakan Sri Lanka juga akan bekerja  sama dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk membantu menyelesaikan krisis ekonomi negara itu. Pembicaraaan resmi akan  dimulai pada pertengahan April.

Sri Langka terancama jadi negara gagal ditengah tumpukan utang. Tahun ini, kewajiban cicilan utang Sri Langka mencapai 4 miliar dolar AS, termasuk obligasi negara  senilai 1 miliar dolar AS yang jatuh tempo pada Juli ini.

Tetapi cadangan devisa Sri Langka hanya 2,31 miliar dolar AS pada akhir Februari. Angka itu turun sekitar 70 persen dari dua tahun lalu.

Negara ini kini berjuang untuk mengimpor kebutuhan pokoknya seperti bahan bakar dan obat-obatan dan memberlakukan pemadaman listrik nasional karena kurangnya bahan bakar untuk pembangkit listrik.

# TAGAR   :  
EDITOR :
Bagikan Berita Ini :